Bola Basket Pertama Kali Dipertandingkan Pada Olimpiade Di Mana
Bangsa Portugis Memperluas Kekuasaan ke Maluku
Setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sasaran selanjutnya adalah Maluku. Untuk menguasai perdagangan rempah-rempah sekaligus daerah penghasilnya, maka Portugis datang ke Maluku.
Kala itu, tidak ada kesamaan pandangan di antara kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Sebaliknya, mereka justru malah bekerja sama dengan Portugis demi kepentingan masing-masing.
Beberapa kerajaan yang bekerja sama dengan Portugis adalah Hitu dan Ternate. Sekitar tahun 1512, kerajaan Hitu bekerja sama dengan Portugis demi memperoleh teknik berperang.
Sementara itu, tujuan kerja sama kerajaan Ternate dengan bangsa Portugis untuk bersaing dengan Tidore.
Kedatangan Bangsa Portugis di Malaka
Saat bangsa Portugis menyerang Malaka pada April tahun 1511, Malaka kala itu belum memiliki kekuatan militer yang mumpuni untuk menggempur pasukan Portugis. Terlebih, jumlah pasukan Portugis sebanyak 1.200 orang yang diangkut oleh 18 kapal dengan dilengkapi meriam besar.
Meski begitu, pasukan Malaka tetap melakukan perlawanan selama bulan Juli dan Agustus hingga akhirnya memutuskan untuk menyerah di akhir Agustus.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis membuat masyarakat Indonesia merasa terancam dengan monopoli perdagangan yang diterapkan oleh bangs Portugis. Hingga akhirnya, para pedagang Indonesia mengalihkan perdagangannya ke pelabuhan lain di kawasan Selatan Malaka.
Bangsa Portugis Pertama Kali Mendarat di Malaka
Berdasarkan Modul Pembelajaran SMA Kelas XI karya Alin Rizkiyan Putra (2020), bangsa Portugis masuk pertama kali ke Indonesia pada 1511. Kala itu, di bawah kepemimpinan Alfonso d'Albuquerque, Portugis berhasil menguasai Malaka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selang setahun, tepatnya pada 1512, Portugis yang dipimpin d’Abreu telah sampai di Maluku dan diterima baik oleh Sultan Ternate, yang kala itu sedang bersitegang dengan Tidore. Bangsa Portugis pun mendirikan benteng dan memperoleh hak monopoli perdagangan rempah-rempah.
Tidak hanya mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis juga menyebarkan agama Kristen dengan tokohnya yang terkenal, yaitu Fransiscus Xaverius. Bangsa Portugis juga tidak memusatkan aktivitasnya di Indonesia bagian timur saja, tetapi ke Indonesia bagian barat, yaitu Pajajaran.
Pada 1522, Portugis tiba di Pajajaran di bawah kendali Henry Leme dan disambut baik, dengan tujuan agar mau membantu menghadapi ekspansi Demak. Di tahun yang sama, terjadilah Perjanjian Sunda Kelapa yang berbunyi:
- Portugis diizinkan mendirikan benteng.
- Pajajaran akan menerima barang-barang yang dibutuhkan dari Portugis, seperti senjata.
- Portugis akan mendapatkan lada dari Pajajaran.
Perkembangan Politik di Malaka Usai Kedatangan Portugis
Pada abad ke-16, perkembangan politik Selat Malaka dipengaruhi oleh kehadiran Portugis. Pada saat itu, Portugis tidak bertujuan memegang kekuasaan dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitar Malaka.
Akibatnya, timbul kutub kekuasan, yaitu kekuasaan di bawah Aceh dan kekuasaan di bawah pemerintahan Johor.
Mengutip dari buku Sejarah SMA/MA karya Ignas Kingkin Teja, ketika Portugis menduduki Malaka, kedudukan ekonomi menjadi penghalang bagi ekspansi kerajaan Aceh maupun Johor.
Meski demikian, Aceh mendapat manfaat dari pendudukan Portugis atas Malaka. Hal itu dikarenakan para pedagang muslim yang menghindari Malaka mulai berdagang di Aceh dan Banten.
Lain halnya dengan kedudukan Johor yang kian melemah, namun tetap memiliki wibawa besar atas daerah-daerah Melayu.
Portugis Diusir dari Ternate
Mengutip dari buku Sejarah yang disusun oleh Nana Supriatna, kerja sama antara Portugis dengan kerajaan Indonesia berubah menjadi tegang ketika bangsa Portugis melakukan kristenisasi terhadap kerajaan yang beragama Islam.
Tak sampai di situ, Portugis juga tidak menghormati adat istiadat setempat. Akibatnya, masyarakat Ternate mengusir bangsa Portugis pada tahun 1575.
Pengusiran bangsa Portugis terjadi usai peperangan selama 5 tahun. Penguasa ke-7 Kesultanan Ternate Maluku, Sultan Baabullah dan putranya Sultan Said sangat gigih dalam mempertahankan Ternate sebagai kerajaan Islam.
Perlawanan Rakyat Tanah Rencong Terhadap Portugis
Mengutip Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas XI karya Anik Sulistiyowati (2020), penguasaan bangsa Portugis terhadap Malaka memunculkan berbagai perlawanan. Sejak dikuasai Portugis, para pedagang Islam di Malaka terpaksa menyingkir menuju Aceh.
Akibatnya, perdagangan di Aceh berkembang pesat. Namun, perkembangan tersebut membuat Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan Henrigues pada 1523. Setahun kemudian, tepatnya pada 1524, serangan di bawah kendali de Souza menyusul, tetapi seluruhnya mengalami kegagalan.
Persaingan dalam perdagangan itu berbuntut pada permusuhan antara bangsa Portugis dan kesultanan Aceh. Sultan Aceh yang kala itu diperintah oleh Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528) menganggap Portugis sebagai saingan dalam bidang ekonomi, politik, dan penyebaran agama.
Kemudian, pada 1568, Aceh mengadakan penyerangan terhadap Portugis di Malaka, tetapi gagal. Akan tetapi, Aceh di bawah kepemimpinan Sultan Alaudin kala itu berhasil menunjukkan ketangguhan sebagai kekuatan militer yang disegani dan diperhitungkan di kawasan Selat Malaka.
Penyerangan terhadap bangsa Portugis kembali dilakukan pada masa Sultan Iskandar Muda. Pada 1629, Aceh menggempur Portugis di Malaka dan sempat membuat lawan kewalahan, tetapi serangan tersebut masih belum berhasil mengusir Portugis.
Selain penyerangan terbuka, Sultan Iskandar Muda juga telah berupaya untuk melumpuhkan kekuatan Portugis dengan cara memblokade jalur perdagangan. Sultan Aceh melarang daerah-daerah menjual lada dan timah kepada Portugis. Namun, raja-raja kecil yang membutuhkan uang secara sembunyi-sembunyi menjual rempah-rempah.
Aulia Ulva, berkontribusi dalam artikel ini.
Portugis adalah bangsa Eropa yang pertama kali menguasai jalur pelayaran serta pelabuhan di Indonesia. Setelah jatuhnya Malaka pada tahun 1511, Portugis memperluas daerah kekuasaannya di Indonesia.
Lantas, dimana bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia?
Dikutip dari buku IPS Terpadu karya Nana Supriatna, Mamat Ruhimat dan Kosim, pertemuan bangsa Indonesia dengan Portugis terjadi sejak Vasco da Gama tiba di India pada 1497 dan Diego Lopez Sequeira di Malaka pada 1509.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, pasukan Portugis yang dipimpin oleh Vasco da Gama dan Diego Lopes Sequeira serta Alfonso de Albuquerque (1459-1511), berhasil merebut kota pelabuhan di Goa, India pada 1510.
Kemudian, dengan jatuhnya pelabuhan-pelabuhan India ke tangan Portugis, maka bangsa Indonesia merasa terganggu dan mulai menunjukkan sikap tidak suka dengan tindakan bangsa Portugis.
Kekhawatiran Indonesia terbukti, pasukan Alfonso de Albuquerque menyerang Malaka pada April 1511. Jatuhnya Malaka menyebabkan pedagang Indonesia merasa terancam oleh monopoli perdagangan yang diterapkan oleh bangsa Portugis.
Dalam buku Suma Oriental yang ditulis oleh pegawai Portugis, Tome Pires, disebutkan bahwa tidak ada pusat perdagangan yang lebih besar dari Malaka. Malaka juga menjadi tempat komoditas utama dari seluruh dunia timur dan barat.
Tome Pires mengatakan bahwa tidak ada tempat lain yang memperdagangkan komoditas dengan halus dan mahal.
Jadi, bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia di daerah Malaka.
TEMPO.CO, Jakarta - Bangsa Portugis merupakan bangsa asli dari Portugal yang secara genetik dan adat istiadat berkaitan dengan suku Mediterania. Orang-orang Portugis umumnya menghuni daerah-daerah di Portugal dan Brasil, serta tersebar hingga ke Jerman, Norwegia, Finlandia, Amerika Serikat, Austria, Denmark, Argentina, dan Spanyol.
Melansir ejurnal.iainpare.ac.id, bangsa Portugis menuturkan bahasa Portugis dengan jumlah penduduk mencapai 15 juta jiwa di Portugal. Di Indonesia, generasi penerusnya yang dalam jumlah banyak dapat dijumpai di Lamno, Aceh dan Kepulauan Nodaku. Lantas, di mana bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia?